TENTANG FOTOGRAFI
(Sebuah Rangkuman)
Sejarah Singkat
Fotografi (-lebih kepada prinsip dasar fotografi~
cahaya~-)
disadari oleh seorang abdi kerajaan Yunani Kuno yang bernama Moti (Abad 5
SM). Dia menemukan bias terbalik dari sebuah cahaya yang masuk menembus
celah dalam suatu ruang yang gelap.
Setelah melalui beberapa zaman, Ilmuwan Islam Ibnu Haitam mencobanya
dalam eksperimen yang kemudian terkenal dengan istilah kamera lubang
jarum, yaitu mengabadikan pantulan cahaya kedalam sebuah media yang peka
terhadap cahaya (pada saat itu hanya perekaman teleskopik mata yang
belum sempurna seperti foto saat ini). Ibnu Haitam menulis pengalamannya
itu dalam sebuah buku yang berjudul Al Manazir ( The Books of Optics).
Di kemudian hari, buku itulah yang menjadi referensi tokoh tokoh besar
seperti Galileo Galilei, Isaac Newton, Rene Descartes dan lain lain.
Fotografi kontemporer diawali oleh Joseph Nicephore Niepce (1826)
yang menggunakan teknik foto Heliograph(mengabadikan titik-titik cahaya
yang masuk ke dalam media rekam, yang kemudian disebut dengan pixel)
pada gambar lansekap di kotanya. Kemudian,Louis Jacques Daquerre (1837)
menyempurnakannya dengan memperkenalkan Rana atau lebih dikenal dengan
Shutter Speed(kecepatan media rekam menangkap cahaya) yang waktu itu
untuk menghasilkan satu buah gamabar memerlukan waktu sekitar 8 jam.
Kamera Daquerre ini disebut dengan kamera Obcura. Sir John Heschel
(Inggris 1839) menyempurnakan eksperimen Daquerre dengan menambahkan
pixelate (titik-titik gambar).
Fotografi berwarna pertama kali diperkenalkan oleh Maxwell pada tahun
1861, kemudian disempurnakan oleh Louis Ducos du Hauron pada tahun
1877.
Penemu Negatif Film (klise/seluloid) adalah John Hendri Fox Talbot
(Inggris). Kemudian disempurnakan oleh sekelompok fotografer Amerika
yang menamakan diri Snapshooter dengan kelebihan sensitifitas negative
film menangkap cahaya yang selanjutnya disebut dengan ASA (Association
American Standard). Dari kelompok itu pula, kamera Kodak pertama kali
tercipta pada tahun 1888 oleh Eastmant Kodak. Dari Kodak itu kemudian
berkembanglah jenis-jenis kamera seperti saat ini.
Flash/Lampu Kilat pertama kali ditemukan oleh Harold E. Edgerton pada tahun 1938.
FOTOGRAFI
Fotografi berasal dari bahasa Inggris Photography yang disadur dari
bahasa Yunani yaitu “Fos” yang berarti cahaya, dan “Grafo” yang berarti
menulis atau melukis. Jadi terjemahan bebas dari fotografi adalah
“Melukis dengan Cahaya”.
Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau
foto
dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek
tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk
menangkap cahaya ini adalah
kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Prinsip dasar fotografi sendiri adalah “Memfokuskan cahaya dengan
bantuan pembiasan sehingga mampu membakar media penangkap cahaya. Media
yang telah dibakar dengan ukuran luminitas(besar/kecilnya cahaya)cahaya
yang tepat, akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang masuk
ke media pembiasan(lensa)”.
1.Pembagian Jenis Kamera Menurut Kebutuhannya
Kamera Manual SLR (Single Lens Reflector) adalah pencetus dasar
fotografi professional pada awal abad 20. Kamera yang masih menggunakan
media seluloid untuk merekam gambar ini mempunyai kelebihan pada
sensitifitas negatifnya dalam menangkap cahaya dan mampu menjabarkan
semua warna yang dipantulkan oleh matahari. Pada dasarnya, negative film
atau seluloid itu sendiri mempunyai kepekaan menangkap cahaya hingga
3969 megapixel. Selain itu, kelebihan kamera ini terletak pada focus
manual yang menjadi andalan hingga era DSLR saat ini.
- Auto SLR (kamera SLR yang sudah menggunakan baterai sebagai tenaga penggeraknya)
Kamera ini masih turunan dari kamera analog yang disederhanakan dari
tenaga kinetic/gerak si fotografer untuk mengganti/menarik negative
menjadi tenaga kinetic auto yang disuplai dari baterai. Kamera ini
dilengkapi dengan Auto-Focusing. Dari kamera inilah kemudian berkembang
menjadi kamera Digital SLR.
Berbeda dengan generasi SLR sebelumnya, Digital SLR ini menggunakan
media pixel/titik/dot sebagai media perekam gambar. Kamera ini merangkum
teknologi terkini dalam pengabadian gambar. Kisaran saat ini kamera
DSLR mencapai kerapatan pixel dari 1.3 megapixel-25 megapixel.
Jenis kamera yang satu ini bisa digolongkan dalam kamera saku/pocket
yang tidak memerlukan setting manual yang berarti. Contohnya seperti
kamera saku yang masih menggunakan negative film.
Untuk kamera yang satu ini, kamera pocket digital termasuk di
dalamnya, karena sedikit banyak kamera pocket/saku yang saat ini beredar
luas di masyarakat. Contohnya kamera pocket merk terkenal seperti
Kodak, Fujifilm, dan Sony sudah mengadopsi pengaturan White Balance,
ISO/ASA, dan Eksposur secara manual dalam Kamera tersebut.
Dari namanya kita bisa menebak bahwa kamera ini adalah beberapa jenis
kamera diatas yang mempunyai kelebihan mengambil gambar didalam air
pada kedalaman maksimal 5 meter dari permukaan air.
Tidak berbeda jauh dari Waterproof, keunggulan kamera Underwater bisa
merekam gambar pada kedalaman lebih dari 5 meter didalam air. Sampai
saat ini, kamera Underwater yang tercanggih bisa menembus ke kedalaman
maksimal 105 meter.
Jenis kamera ini menggunakan lensa dengan focal length 5-16 mm.
Kamera ini biasanya digunakan untuk memotret lansekap/pemandangan yang
cukup luas.
Tidak berbeda jauh dengan kamera Wide-View Camera, hanya saja kamera
ini menggunakan format film 35 mm dengan aspek rasio gambar 16 : 9
(sering kita temukan dalam motion picture/film yang ada batas hitam di
atas dan bawah gambarnya).
Untuk jenis kamera ini, kamera DSLR (buatan 2003 atau setelahnya)
sudah mempunyai fiturnya, yaitu RAW(data/file rekaman mentah tanpa
konversi ke JPEG)yang bisa diperbesar hingga 160 inch x 120 inch(tanpa
proses editing ataupun konversi dengan standard minimum 14 megapixel).
Kamera ini berbeda dengan kamera-kamera sebelumnya, karena kamera ini
tidak hanya menangkap cahaya/mengabadikan gambar di dunia nyata tetapi
juga telah dilengkapi dengan sensor inframerah yang mampu mengabadikan
dunia lain atau makhluk halus!.
2.Pembagian Jenis Kamera Menurut Cara Pengambilan Gambar
- Viewfinder/Rangefinder Camera
Lebih luas dikenal dengan kamera saku/pocket.
- SLR (Single Lens Reflector)
- DLR/TLR (Double/Twin Lens Reflector)
Kamera ini sedikit berbeda dengan kamera SLR. Perbedaan secara
mendasarnya adalah DLR/TLR ini menggunakan 2 reflektor dalam merekam,
sedangkan SLR hanya menggunakan 1 reflektor.
Jenis kamera yang terakhir ini jarang kita temui karena sangat
eksklusif dikarenakan harga dan kegunaannya sangat berbeda jauh.
Produsen yang memproduksi kamera ini seperti Bowen, Carl-Zeiss, dan
Angenieux.
TEKNIK DASAR PENCAHAYAAN DALAM FOTOGRAFI
Dalam teknik dasar pencahayaan fotografi, ada 3 hal yang saling berkaitan,yaitu :
Rana atau yang lebih dikenal dengan Shutter Speed adalah kecepatan
Mirror/Reflector untuk memasukan cahaya ke dalam media rekam. Lebih
lengkapnya, rentang waktu antara buka dan tutupnya shutter saat
pengambilan gambar. Semakin rendah kecepatan Rana, maka semakin banyak
pula cahaya yang masuk ke dalam media rekam. Sebaliknya, semakin
besar/cepat Rana-nya, maka semakin sedikit cahaya yang masuk ke dalam
media rekam. Rana/Shutter Speed ini biasanya dinyatakan dalam satuan 1/…
detik. Dalam kamera DSLR standar, speed yang paling tinggi biasanya
berkisar dari 1/2000 detik hingga yang paling lambat 4 detik untuk satu
kali pengambilan gambar.
- Diafragma/Diaphragm/Aperture
Definisi Diafragma adalah ukuran seberapa besar lensa terbuka (bukaan lensa) saat kita mengambil gambar.
Saat kita menekan tombol shutter, lubang di depan sensor kamera kita
akan membuka, setting aperture-lah yang menentukan seberapa besar lubang
ini terbuka. Semakin besar lubang terbuka, makin banyak jumlah cahaya
yang akan masuk terbaca oleh sensor.
Aperture atau bukaan dinyatakan dalam satuan f-stop. Sering kita
membaca istilah bukaan/aperture 5.6, dalam bahasa fotografi yang lebih
resmi bisa dinyatakan sebagai f/5.6. Seperti diungkap diatas, fungsi
utama aperture adalah sebagai pengendali seberapa besar lubang didepan
sensor terbuka. Semakin kecil angka f-stop berarti semakin besar lubang
ini terbuka (dan semakin banyak volume cahaya yang masuk) serta
sebaliknya, semakin besar angka f-stop semakin kecil lubang terbuka.
Lihat gambar di bawah ini:
Secara definisi ISO adalah ukuran tingkat sensifitas sensor kamera
terhadap cahaya. Semakin tinggi setting ISO kita maka semakin sensitif
sensor terhada cahaya.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang setting ISO di kamera
kita (ASA dalam kasus fotografi film), coba bayangkan mengenai sebuah
komunitas lebah. Sebuah ISO adalah sebuah lebah pekerja. Jika kamera
saya set di ISO 100, artinya saya memiliki 100 lebah pekerja. Dan jika
kamera saya set di ISO 200 artinya saya memiliki 200 lebah pekerja.
Tugas setiap lebah pekerja adalah memungut cahaya yang masuk melalui
lensa kamera dan membuat gambar. Jika kita menggunakan lensa identik dan
aperture sama-sama kita set di f/3.5 namun saya mengeset ISO saya di
200 sementara anda 100 (bayangkan lagi tentang lebah pekerja), maka
gambar punya siapakah yang akan lebih cepat selesai?
Secara garis besar, saat kita menambah setting ISO dari 100 ke 200 (
dalam aperture yang selalu konstan – kita kunci aperture di f/3.5 atau
melalui mode Aperture Priority atau Av) , kita mempersingkat waktu yang
dibutuhkan dalam pembuatan sebuah foto di sensor kamera kita sampai
separuhnya (2 kali lebih cepat), dari shutter speed 1/125 ke 1/250
detik. Saat kita menambah lagi ISO ke 400, kita memangkas waktu
pembuatan foto sampai separuhnya lagi : 1/500 detik. Setiap kali
mempersingkat waktu eksposur sebanyak separuh , kita namakan menaikkan
eksposur sebesar 1 stop.
Anda bisa mencoba pengertian ini dalam kasus aperture, cobalah set
shutter speed kita selalu konstan pada 1/125 (atau melalui mode Shutter
Priority atau Tv), dan ubah-ubahlah setting ISO anda dalam kelipatan 2;
missal dari 100 ke 200 ke 400 …dst, lihatlah perubahan besaran aperture
anda.
Ketika 3 hal di atas dipadukan, maka akan menghasilkan Eksposur,yaitu
sebuah harmoni yang terbentuk dari besaran cahaya. Apabila dari ketiga
elemen tersebut ada satu yang bergeser atau berubah, maka akan merubah
elemen lain yang menyebabkan Eksposur pun akan berubah. Seorang
fotografer, Bryan Peterson, lebih suka menyebut tiga elemen di atas
sebagai Segitiga Eksposur (
Understanding Exposure, Bryan Peterson).
Mungkin jalan yang paling mudah dalam memahami eksposur adalah dengan
memberikan sebuah perumpamaan. Dalam hal ini saya menyukai perumpamaan
segitiga eksposur seperti halnya sebuah keran air. Shutter speed bagi
saya adalah berapa lama kita membuka keran, aperture adalah seberapa
lebar kita membuka keran dan ISO adalah kuatnya dorongan air dari PDAM,
dan air yang mengalir melalui keran tersebut adalah cahaya yang diterima
sensor kamera. Tentu bukan perumpamaan yang sempurna, tapi paling tidak
kita mendapat ide dasarnya.
Besaran Eksposur biasanya diukur dari lightmeter yang ada di
View-finder (SLR), atau pada LCD monitor (Digital Pocket dan Digital
SLR).